Authentication
223x Tipe PDF Ukuran file 0.25 MB Source: sastra.um.ac.id
JEJAK HALLIDAY DALAM LINGUISTIK KRITIS DAN ANALISIS WACANA KRITIS Anang Santoso Jurusan Sastra Indonesia Fak. Sastra Universitas Negeri Malang Abstract: Halliday has been inspirational. Among his seminal linguistic concepts are the notions of language as social semiotics and language as action. The for- mer refers to the idea that linguistic forms encode the world which socially con- structed. As such, linguistic studies include the issues of 1) text, 2) context, 3) regis- ter, 4) code, 5) lingual system, and 6) social structure. The latter suggests the idea that linguistic theorization should be attempted in view of the world of praxis; lin- guistics should be socially accountable. These two concepts central to Hallidayan linguistics in turn have been influential to development of critical linguistic theories and critical discourse analysis. Keywords: functional-systemic linguistics, critical linguistics, critical discourse analysis. Sebuah forum keilmuan berlabel Seminar menunjukkan begitu serius dan concern-nya dan Workshop Linguistik Fungsional Siste- Halliday terhadap pelbagai persoalan keba- mik digelar di Jakarta pada 9 10 Novem- hasaan. Pikiran-pikiran Hal-liday banyak ber 2006. Dilihat dari labelnya, forum keil- dikutip dalam karya-karya linguistik, sosi- muan tersebut diselenggarakan un-tuk men- olinguistik, psikolinguistik, etnolinguistik, gapresiasi karya-karya sang begawan lin- analisis wacana, pengajaran bahasa, dan guistik fungsional-sistemik yang amat ma- peme-rolehan bahasa kedua. shur, yakni M.A.K Halliday. Pelbagai kertas Halliday merupakan nama besar dalam kerja dipresentasikan untuk mendalami pi- bidang linguistik, khususnya kutub linguis- kiran-pikiran Halliday yang sudah dipapar- tik yang memandang bahasa sebagai feno- kannya dalam pelbagai buku dan artikel. mena sosial. Banyak karya linguistik yang Menurut pandangan penulis, apa yang su- merasa tidak lengkap dan merasa tidak afd- dah banyak dihasilkan oleh Halliday seha- hol jika tidak mengutip pandangan- rusnya memperoleh tempat yang layak da- pandangan Halliday. Pada kemudian hari, lam dunia linguistik Indonesia, termasuk di banyak karya linguis yang begitu terinspira- dalamnya adalah aplikasinya sebagai tata si dari karya-karyanya, baik yang menyetu- bahasa pendidikan. Jumlah karya Halli-day juinya maupun yang menyerangnya. Karya- yang mencapai 100 publikasi ketika didaf- karya dalam linguistik kritis dan analisis tar pada tahun 1989 oleh Hasan & Martin 1 2 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008 wacana kritis, misalnya, begitu terinspirasi meaning potential, at once both a part of oleh panda-ngan Halliday itu. experience and an intersubjective interpre- Tulisan ini memfokuskan pada dua tation of experience . Dalam komunikasi, pandangan Halliday yang terkenal, yakni berdasar-kan pengalaman yang dimilikinya bahasa sebagai semiotika sosial dan li- yang bersifat intersubjektif itu, masing- nguistik sebagai tindakan . Kedua pandang- masing partisipan akan menafsirkan teks an itu pada tahap selanjutnya telah membe- yang ada. Dengan demikian, makna akan rikan pengaruh yang amat kuat dalam lin- selalu bersifat ganda. guistik kritis karya-karya Fowler (1985; Formulasi bahasa sebagai semiotik so- 1986; 1995) dan terhadap analisis wacana sial berarti menafsirkan bahasa dalam kon- kritis, khususnya pada karya-karya Fairc- teks sosiokultural tempat kebudayaan itu lough (1989; 1995) dan van Dijk (1985). ditafsirkan dalam terminologis semiotis se- bagai sebuah sistem informasi . Dalam BAHASA SEBAGAI SEMIOTIKA level yang amat konkret, bahasa itu tidak SOSIAL berisi kalimat-kalimat, tetapi bahasa itu be- Akar pandangan Halliday yang pertama risi teks atau wacana , yakni pertukaran adalah bahasa sebagai semiotika sosial. Hal makna (exchange of meaning) dalam kon- ini berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa teks interpersonal. Mengkaji bahasa haki- mengodekan (encode) representasi dunia katnya mengkaji teks atau wacana. yang dikonstruksikan secara sosial. Halliday Konteks tuturan itu sebuah konstruk memberi tekanan pada keberadaan konteks semiotis yang memiliki sebuah bentuk yang sosial bahasa, yakni fungsi sosial yang me- memungkinkan partisipan memprediksikan nentukan bentuk bahasa dan bagaimana fitur-fitur register yang berlaku untuk me- perkembangannya (Halliday, 1977, 1978; mahami orang lain. Melalui tindakan pe- Halliday & Hasan, 1985). Bahasa sebagai maknaan (act of meaning) sehari-hari, ma- salah satu dari sejumlah sistem makna yang syarakat memerankan struktur sosial, mene- lain seperti tradisi, sistem mata pencarian, gaskan status dan peran yang dimilikinya, dan sistem sopan santun secara bersama- serta menetapkan dan mentransmisikan sis- sama membentuk budaya manusia. Halliday tem nilai dan pengetahuan yang dibagi. Ka- mencoba menghubungkan bahasa terutama jian bahasa sebagai semiotik sosial dalam dengan satu segi yang penting bagi penga- pandangan Halliday (1977:13 41; laman manusia, yakni segi struktur sosial. 1978:108 126) mencakup sub-subkajian: Dalam berbagai tulisannya, Halliday se- (1) teks, (2) trilogi konteks situasi (medan lalu menegaskan bahwa bahasa adalah pro- wacana, pelibat wacana, dan modus waca- duk proses sosial. Seorang anak yang bela- na), (3) register, (4) kode, (5) sistem lingual, jar bahasa dalam waktu yang sama belajar yang mencakup komponen ideasional, in- sesuatu yang lain melalui bahasa, yakni terpersonal, dan tekstual, serta (6) struktur membangun gambaran realitas di sekitar sosial. dan di dalamnya. Tidak ada fenomena baha- Teks sa yang vakum sosial, tetapi ia selalu ber- Dalam pandangan Halliday, teks dimak- hubungan erat dengan aspek-aspek sosial. nai secara dinamis. Teks adalah bahasa Dalam proses sosial itu, menurut Halliday, yang sedang melaksanakan tugas tertentu konstruk realitas tidak dapat dipisahkan dari dalam konteks situasi (Halliday & Hasan, konstruk sistem semantis tempat realitas itu 1992:13). Teks adalah contoh interaksi li- dikodekan. Selanjutnya, Halliday (1978:1) ngual tempat masyarakat secara aktual merumuskan bahwa language is a shared Santoso, Jejak Halliday Dalam Linguistik Kritis 3 menggunakan bahasa; apa saja yang dikata- miliki oleh teks itu. Level-level yang lebih kan atau ditulis; dalam konteks yang opera- rendah itu memiliki kekuatan untuk mem- sional (operational context) yang dibedakan proyeksikan makna pada level yang lebih dari konteks kutipan (a citational context), tinggi, yang oleh Halliday diberi istilah la- seperti kata-kata yang didaftar dalam kamus tar depan (foregrounded). (Halliday, 1978:109). Teks berkaitan den- Ketiga, teks adalah proses sosioseman- gan apa yang secara aktual dilakukan , tis. Halliday (1978:139) berpendapat bahwa dimaknai , dan dikatakan oleh masyara- dalam arti yang sangat umum sebuah teks kat dalam situasi yang nyata. merupakan sebuah peristiwa sosiologis, se- Dalam rumusan yang lain, Halliday buah perjumpaan semiotis melalui makna- berpendapat bahwa teks adalah suatu pilih- makna yang berupa sistem sosial yang se- an semantis (semantic choice) dalam kon- dang saling dipertukarkan. Anggota masya- teks sosial, suatu cara pengungkapan makna rakat yakni individu-individu adalah lewat bahasa lisan atau tulis (Sutjaja, seorang pemakna (meaner). Melalui tindak- 1990:74). Semua bahasa yang hidup yang tanduk pemaknaan antara individu bersama mengambil bagian tertentu dalam konteks individu lainnya, realitas sosial diciptakan, situasi dapat dinamakan teks. Terkait de- dijaga dalam urutan yang baik, dan secara ngan teks, Halliday memberikan beberapa terus-menerus disusun dan dimodifikasi. penjelasan berikut. Fitur esensial sebuah teks adalah Pertama, teks adalah unit semantis. adanya interaksi. Dalam pertukaran makna Menurut Halliday (1978:135), kualitas teks- itu terjadi perjuangan semantis (semantic tur tidak didefinisikan dari ukuran. Teks contest) antara individu-individu yang terli- adalah sebuah konsep semantis. Meskipun bat. Karena sifatnya yang perjuangan itu, terdapat pengertian sebagai sesuatu di atas makna akan selalu bersifat ganda, tidak ada kalimat (super-sentence), sesuatu yang lebih makna yang bersifat tunggal begitu saja. besar daripada kalimat, dalam pandangan Dengan demikian, pilihan bahasa pada haki- Halliday hal itu secara esensial, salah tunjuk katnya adalah perjuangan atau pertarungan pada kualitas teks. Kita tidak dapat meru- untuk memilih kode-kode bahasa tertentu. muskan bahwa teks itu lebih besar atau le- Keempat, situasi adalah faktor penentu bih panjang daripada kalimat atau klausa. teks. Menurut Halliday (1978:141), makna Ditegaskan oleh Halliday (1978:135) dalam diciptakan oleh sistem sosial dan dipertu- kenyataannya kalimat-kalimat itu lebih me- karkan oleh anggota-anggota masyarakat rupakan realisasi teks daripada merupa- dalam bentuk teks. Makna tidak diciptakan kan sebuah teks tersebut. Sebuah teks tidak dalam keadaan terisolasi dari lingkungan- tersusun dari kalimat-kalimat atau klausa, nya. Secara tegas dirumuskan oleh Halliday tetapi direalisasikan dalam kali-mat- bahwa makna adalah sistem sosial . Peru- kalimat. bahan dalam sistem sosial akan direfleksi- Kedua, teks dapat memproyeksikan kan dalam teks. Situasi akan menentukan makna kepada level yang lebih tinggi. Me- bentuk dan makna teks. nurut Halliday (1978:138), sebuah teks se- lain dapat direalisasikan dalam level-level Konteks Situasi sistem lingual yang lebih rendah seperti Situasi adalah lingkungan tempat teks sistem leksikogramatis dan fonologis juga beroperasi. Konteks situasi adalah keselu- merupakan realisasi dari level yang lebih ruhan lingkungan, baik lingkungan tutur tinggi dari interpretasi, kesastraan, sosiolo- (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu gis, psikoanalitis, dan sebagainya yang di- diproduksi (diucapkan atau ditulis). Untuk 4 BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1, Februari 2008 memahami teks dengan sebaik-baiknya, di- tuk menganalisis modus, pertanyaan yang perlukan pemahaman terhadap konteks situ- dapat diajukan adalah what s role assigned asi dan konteks budayanya. Dalam pandan- to language, yang mencakup lima hal, yakni gan Halliday (1978:110), konteks situasi peran bahasa, tipe interaksi, medium, salu- terdiri atas tiga unsur, yakni (i) medan wa- ran, dan modus retoris. cana, (ii) pelibat wacana, dan (iii) modus Peran bahasa terkait dengan kedudukan wacana. bahasa dalam aktivitas: bisa saja bahasa Medan wacana (field of discourse) me- bersifat wajib (konstitutif) atau tidak wa- rujuk kepada aktivitas sosial yang sedang jib/penyokong/tambahan. Peran wajib terja- terjadi serta latar institusi tempat satuan- di apabila bahasa sebagai aktivitas keselu- satuan bahasa itu muncul. Untuk mengana- ruhan. Peran tambahan terjadi apabila baha- lisis medan, kita dapat mengajukan perta- sa membantu aktivitas lainnya. Tipe inte- nyaan what is going on, yang mencakup raksi merujuk pada jumlah pelaku: monolo- tiga hal, yakni ranah pengalaman, tujuan gis atau dialogis. Medium terkait dengan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. sarana yang digunakan: lisan, tulisan, atau Ranah pengalaman merujuk kepada ke- isyarat. Saluran berkaitan dengan bagaima- transitifan yang mempertanyakan apa yang na teks itu dapat diterima: fonis, grafis, atau terjadi dengan seluruh proses , partisi- visual. Modus retoris merujuk pada pera- pan , dan keadaan . Tujuan jangka pendek saan teks secara keseluruhan, yakni persu- merujuk pada tujuan yang harus segera di- asif, kesastraan, akademis, edukatif, mantra, capai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tu- dan sebagainya. juan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang le- Register bih besar. Tujuan tersebut bersifat lebih ab- Istilah register kali pertama digunakan strak. dalam pengertian keberagaman teks . Re- Pelibat wacana (tenor of discourse) me- gister merupakan konsep semantis yang da- rujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, pat didefinisikan sebagai suatu susunan termasuk pemahaman peran dan statusnya makna yang dihubungkan secara khusus dalam konteks sosial dan lingual. Untuk dengan susunan situasi tertentu dari medan, menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pelibat, dan sarana (Halliday & Hasan, pertanyaan who is taking part, yang menca- 1992:53). kup tiga hal, yakni peran agen atau masya- Terdapat dua hal pokok dalam penger- rakat, status sosial, dan jarak sosial. tian register. Pertama, register disamakan Peran terkait dengan fungsi yang dija- dengan gaya (style), yakni veriasi dalam lankan individu atau masyarakat. Status ter- tuturan atau tulisan seseorang. Gaya umum- kait dengan tempat individu dalam masya- nya bervariasi dari yang bersifat sangat rakat sehubungan dengan orang-orang lain, akrab sampai yang amat formal menurut sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait den- jenis situasi, orang, atau pribadi yang dituju, gan tingkat pengenalan partisipan terhadap lokasi, topik yang didiskusikan, dan seba- partisipan lainnya, akrab atau memiliki ja- gainya. Kedua, register adalah variasi tutu- rak. Peran, status, dan jarak sosial dapat ran yang digunakan oleh kelompok tertentu bersifat sementara dan dapat pula perma- yang biasanya memiliki pekerjaan yang sa- nen. ma atau kepentingan yang sama. Modus wacana (mode of discourse) me- Register dapat diketahui dari karakteris- rujuk pada bagian bahasa yang sedang di- tik leksikogramatis dan fonologis yang se- mainkan dalam situasi, termasuk saluran cara khusus menyertai atau menyatakan yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Un-
no reviews yet
Please Login to review.