Authentication
Bab I. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA (Tatap Muka I - IV) 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) - Memahami kedudukan manusia sebagai bagian dari alam semesta 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) - Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian khaliq dan makhluk. - Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian konsep manusia menurut filsafat, ilmu dan agama Islam. - Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian konsep alam semesta. - Mahasiswa dapat menjelaskan asal-usul manusia menurut ilmu dan Agama Islam. - Mahasiswa menjelaskan proses reproduksi manusia berdasarkan kajian ilmu dan Agama Islam. - Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan, kedudukan dan tujuan manusia hidup di alam semesta. I. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA (TM I - IV) A. Manusia dari Beberapa Sudut Pandang 1. Manusia dalam Pandangan Filsafat Siapakah manusia? Dari mana asalnya? Di mana kedudukan dan fungsi manusia? Lalu apa tujuan manusia? Beberapa pertanyaan itu tidak akan usang dipertanyakan sepanjang jaman apabila membahas topik manusia. Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berfikir). Nathiq sama dengan berkata-kata dan mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya. Sebagai binatang yang berpikir manusia berbeda dengan hewan. Walau pada dasarnya fungsi tubuh dan fisiologis manusia tidak berbeda dengan Hewan, namun hewan lebih mengandalkan fungsi- fungsi kebinatangannya, yaitu naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya fungsi kebinatangan juga ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan semakin kurang lengkap penyesuaian struktural yang harus dilakukan pada saat lahirnya. Pada primata yang lebih tinggi (bangsa monyet) bahkan dapat ditemukan intelegensi yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan sehingga memungkinkan binatang untuk melampaui pola-pola kelakuan yang telah digariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar eksistensinya yang tertentu masih tetap sama. Manusia menyadari bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang apa pun. Tetapi memahami siapa sebenarnya manusia itu bukan persoalan yang mudah. Ini terbukti 1 dari pembahasan manusia tentang dirinya sendiri yang telah berlangsung demikian lama. Barangkali sejak manusia diberi kemampuan berpikir secara sistematik, pertanyaan tentang siapakah dirinya itu mulai timbul. Namun informasi secara tertulis tentang hal ini baru terlacak pada masa Para pemikir kuno Romawi yang konon dimulai dari Thales (abad 6 SM). Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan manusia. Manusia adalah makhluk yang concerned (menaruh minat yang besar) terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya, sehingga tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir. Sehingga oleh Beerling (Guru Besar Filsafat) menyebutkannya sebagai "tukang bertanya" atau Sartre (filosof eksistensi Perancis) menyebutkan bahwa manusia adalah sifatnya bertanya. Demikian juga Sokrates (470-399 SM) mengajak manusia untuk memperhatikan diri sendiri agar sadar akan dirinya dengan kata hikmahnya yang terkenal "Gnothi Seantho" yang artinya kenalilah dirimu. Rene Descartes (1596-1650) mengatakan "Cogito Ergo Sum" (saya berfikir sebab itu saya ada). Di samping itu Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof besar Yunani mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal-pikirannya. Juga manusia adalah hewan yang berpolitik (zoonpoliticon, political animal), hewan yang membangun masyarakat di atas famili-famili menjadi pengelompokkan yang impersonal dari pada kampung dan negara. Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang memungkinkan ia berkomunikasi dengan yang lain. Dan didalam masyarakat manusia mengenal adanya keadilan dan tata tertib yang harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak pernah berusaha memikirkan suatu cita keadilan. Filosof terkenal dan termasyhur Islam Ibnu Sina atau Avvicena --begitu orang barat mengenalnya-- (980–1037), menyebutkan adanya tujuh kesanggupan manusia, yaitu: (l) makan, (2) tumbuh, (3) berkembang biak, (4) pengamatan hal-hal yang istimewa, (5) pergerakan dibawah kekuasaan, (6) ketahuan dari hal-hal yang urnum dan (7) kehendak memilih yang bebas. Tumbuh-tumbuhan memiliki kesanggupan 1, 2, dan 3. Hewan mempunyai kesanggupan 1, 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan manusia mempunyai kesanggupan 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Yang dimaksud dengan ketahuan pada angka 6 ialah segala yang kita ketahui, berbeda dengan pengetahuan. Sedangkan As-Syaikh Musthafa al-Maraghi ketika menafsirkan makna hidayah dalam surat al-Fatihah menerangkan bahwa ada lima macam dan tingkatan hidayah yang dianugerahkan Allah s.w.t. kepada manusia, yaitu: 1. Hidayahal-Ilham gharizahatau (insting). 2. Hidayah al-Hawasy, (indra). 3. Hidayah al- 'Aql, (akal budi). 4. Hidayah al-Adyan, (agama). 5. Hidayah at-Taufik. Hidayah al- 'Aql (ke 3) lebih tinggi tingkatannya dari hidayah terdahulu (insting dan indra yang dianugerahkan Tuhan kepada hewan). Dan pada hidayah aql pula yang membedakan antara manusia dan binatang. Di samping itu, di atas akal budi terdapat hidayah agama dan hidayah at-taufiq. Sehubungan dengan tingkat-tingkat eksistensi atau tingkat-tingkat keberadaan makhluk di alam semesta, E.P. Schumacher seorang ekonom dan filosof membagi 2 menjadi beberapa tingkatan: a) Tingkat eksistensi (keberadaan) benda mati yang tersusun dari pelikan (mineral), seperti batu, tanah dan lain-lain. b) Tingkat eksistensi tumbuh-tumbuhan yang tersusun dari unsure pelikan dan unsur hidup. Unsur pelikan adalah bagian yang kelihatan dan unsur hidup adalah ghaib. c) Tingkat eksistensi hewan yang tersusun dari unsur pelikan, unsur hidup dan unsur kesadaran. Unsur kesadaran ini yang hewan beraksi kapan dia mau makan, minum, berteduh, tidur, mengelak dari bahaya, membela diri atau menyerang bila perlu. d) Tingkat eksistensi tertinggi di dalam alam semesta fisika adalah manusia yang tersusun dari unsur pelikan, unsur hidup, kesadaran dan sadar diri. Unsur sadar diri inilah yang menjadikan manusia mempunyai rasa malu; punya konsep aku, engkau dan dia; punya konsep dimensi waktu: kemaren, kini dan esok; punya konsep harga diri, adab dan sopan santun. Jadi unsur sadar dirilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, menurut E.F. Schumacher. Dari uraian singkat di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Manusia adalah jenis hewan juga. 2. Manusia mempunyai perbedaan tertentu dibanding dengan hewan lainnya. 3. Ditinjau dari segi jasmaniah, perbedaan antara manusia dengan hewan adalah gradual, tidak fundamental. 4. Ditinjau dari segi rohaniyah, perbedaan antara manusia dengan hewan adalah prinsipil, asasi. 5. Keistimewaan ruhaniyah manusia dibandingkan dengan hewan terlihat dalam kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir, berpolitik, mempunyai kebebasan/kemerdekaan, memiliki sadar diri, mempunyai norma, tukang bertanya atau tegasnya manusia adalah makhluk berbudaya. 2. Manusia dalam Pandangan Ilmu Pengetahuan Para ahli pikir berbeda pendapat dalam mendefinisikan manusia. Perbedaan tersebut sebenarnya disebabkan oleh kenyataan kekuatan dan peran multidimensional yang dimainkan manusia. Sedangkan kecenderungan para ahli pikir hanya meninjau dari sisi yang menjadi titik pusat perhatiannya dan mengabaikan sisi yang lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang bergerak dari zaman ke zaman juga senantiasa memperkaya wawasan mereka tentang manusia. Pada zaman modern pendefinisian manusia banyak dilakukan oleh mereka yang menekuni bidang psikologi. Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego) dan sosial (superego), Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mechanicus (manusia mesin). Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme ingin menganalisis perilaku yang tampak saja, yang diukur, dilukiskan dan diramalkan. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai 3 hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya. Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai home sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir, memutuskan, menyatakan, memahami dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia. Para penganut teori humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens (manusia bermain). Aliran ini mengecam teori psikoanalisis dan behaviorisme karena keduanya dianggap tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan seperti cinta, kreatifitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut humanisme manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri. Dari beberapa teori tersebut yang paling popular dan kontroversial adalah teori descendensi (keturunan) atau teori evolusi. Teori evolusi berpangkal dari teori Lamarck, seorang ahli biologi termashur dari Perancis. Pada Lamarck (1774-1829) teori ini baru bersifat spekulatif atau pemikiran. Charles Darwinlah (1809-1882), seorang ahli biologi Inggris, yang menyempurnakan dan menjadikannya ilmiah dengan memberikan dasar data-data. Teori ini beranggap bahwa tiap jenis tumbuhan dan hewan berasal dari jenis yang paling rendah, yakni yang awal sekali adalah amuba atau makhluk bersel satu. Jenis yang paling tinggi atau akhir sekali adalah manusia. Jadi kalau manusia terjadi dari hasil evolusi hayat, tentu ia berasal dari jenis yang lebih rendah, yaitu binatang. Demikianlah manusia menurut teori evolusi merupakan hasil dari evolusi hewan sederhana sampai kepada hewan tingkat tinggi (bangsa antropoide) dan akhirnya manusia. Memang, asal usul manusia dan keberadaannya di alam semesta menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang menarik. Kapankah manusia pertama kali hadir di muka bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek moyang manusia dan bagaimana proses penurunan dan perubahan-perubahannya? Berlandaskan adanya persamaaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alasan yang bersifat ideologis) pada abad ke-19 tumbuh suatu pemahaman tentang asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Primata (bangsa kera) adalah model puncak perkembangan evolusi hewan. Berdasarkan kecenderungan mempertahankan pendapat memang ada semacam upaya terselubung untuk "mempertua" usia kehadiran manusia oleh kelompok "Darwinisme". Hal ini menyebabkan pengambilan kesimpulan yang serampangan dan mengaburkan fakta. Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun dan Oreopithecus yang berusia 12 juta tahun dianggap, sebagai manusia tertua. Pengamatan yang teliti menunjukkan bahwa kedua spesies tersebut lebih layak disebut kera daripada manusia. 4
no reviews yet
Please Login to review.