Authentication
552x Tipe DOCX Ukuran file 0.06 MB
BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggal Praktikum 12 – maret – 2015 B. Tujuan Percobaan Untuk mengetahui adanya kandungan metabolit sekunder dari suatu simplisia tumbuhan obat. C. Teori Dasar Tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya yang digunakan untuk pencegahan penyakit atau untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu. Khasiat atau aktivis farmakologis yang menjadi tumpuan bagi penggunaan suatu tumbuhan sebagai bahan obat ditentukan oleh senyawa kimia metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan tersebut. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang mempunyai arti penting dalam kaitan dengan khasiat atau aktivis farmakologis tumbuhan obat adalah senyawa metabolit sekunder kelompok mono dan seskuiterpen, triterpenoid dan steroid, saponin, alkaloida, flavonoid, tannin dan polifenol, kuinon. Evaluasi fitokimia yang biasa dilakukan yaitu : 1. Skrining fitokimia 2. Identifikasi melalui analisis kromatografi atau spektroskopi D. Morfologi Tumbuhan Klasifikasi Tanaman Temulawak Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Curcuma Species : Curcuma xanthorrhiza ROXB Bentuk Morfologi Tumbuhan Nama Daerah (MMI) Sumatra : Temu lawak (Melayu): Jawa : Koneng gede (Sunda) : Temulawak (Jawa) : Temo labak ( Madura ) Indonesia : TemulawakSpecies lain dari kerabat dekat temu lawak adalah tanaman temu ireng (C. aeruginosa ROXB), temu putih (C. zeodaria ROSC.), dan temu kunyit (C. domestica VAL.). Temulawak mempunyai beberapa nama daerah, di antaranya adalah koneng gede (Sunda), temo lobak (Madura), dan Temu lawak (Indonesia). Ekologi dan Penyebaran Tumbuh di seluruh pulau Jawa, tumbuh liar di bawah naungan di hutan jati, di tanah yang kering dan di padang alang – alang , ditanam atau tumbuh liar di tegalan; tumbuh pada ketinggian tempat 5 m sampai 1500 m di atas permukaan laut. Morfologi Tanaman Batang Batang temu lawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 – 2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2 – 9 helai daun. Daun Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50 – 55 cm, lebarnya + 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis – garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30 – 90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3 – 9 anak. Bunga Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga + 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga. Rimpang Rimpang induk temu lawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3 – 4 buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor. Atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau oranye tua, dengan cita rasanya amat pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman + 16 cm. Tiap rumpun tanaman temu lawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda. Akar Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.
no reviews yet
Please Login to review.